Puisi-Puisi RATNA D. AMBARWATI
Mahasiswa Sastra Indonesia Angkatan 1979 ini menyepi di kawasan sejuk Jawa Barat. Ceria dan penuh senyum. Ia penulis syair dan penikmat sastra yang serius. Ratna sempat berkecimpung di dunia jurnalistik seperti Majalah Vista, Mode dan tayangan hiburan Blitz.
“SEBUAH EPISODE”
Bagai butiran embun yang sudah mengering
Yang tak menyisakan kesegaran lagi
Rasa sejuk itu tak lagi membekas
hanya ingin sejenak menghirup kedamaian
Harus sesulit itu
Padahal alam telah tunjukkan langit birunya
Semi bunganya serta desah anginnya
Namun batin ini tak sanggup menikmatinya
Senja mulai beranjak
tanda-tanda itu telah terpampang dihadapan
Hanya tinggal beberapa langkah saja
Masih jua tak tampak ada uluran itu
Ada sebersit keinginan yang tulus
Sepetik wangi bunga
Masihkah butiran itu menetes lagi esok hari
dari kelopak bunga yang masih kuncup
Membasahi tanah kerontang ?
Biarlah rasa itu berkembang
Bagai bunga yang terus tumbuh bermekaran
Meski tak ada yang menyirami
Hanya ada keterasingan
Atau nanar penuh keheranan tak percaya
Sejatinya alam telah menggoreskan
Tentang episode kisah perjalanan
Dari separuh hati yang menyimpan rasa.
(1982)
“JATUH”
Ada daun jatuh daun kering
Diatas bebatuan
Daun jatuh persis dihadapan
Menyuarakan kerisik lemah
Hampir tak terdengar
Ketika daun jatuh terinjak
Semakin melemah diantara batuan
Tak ada gairah
Walau angin berhembus lembut
Daun jatuh daun hampa
Tak bersuara….
SUNGGUH
sungguh
sangat ku ingin
titip
tatap
kata….
Tapi
Aku
Manusia
Tanpa
Daya
(1990)
“BIAR SAJA”
Malam berkabut
Dinginnya menusuk
dalam kelam sepi
kau tahu itu dan terdiam
air mata jatuh
mengurai cerita lama
Yang sudah menjadi abu
Kau juga tahu itu dan semakin luka
biar saja…
biar jadi sepi yang terus mengusikku
(2000)
“KU BAWA PULANG”
Pagi itu tampak cerah
Ketika sebentuk naluri tersirat
Pada hamparan padang hijau
Seolah nenyongsong paparan bahagia
Diiringi langkah-langkah ringan
Bersama derai tawa riang
Seberkas kilau keindahan baru
Melesat tegas di dada
Yang tulus menyimpan rasa
Dan hari ini
rasa itu masih utuh tersimpan
bersama sejumput bahagia
dan setitik harapan
Inikah
Yang senantiasa ku cari
Dua hati senada sejiwa
Kugenggam erat dan ku bawa pulang..
(1984)
RINDU
Kabut menggantung
Langit telah tertutup awan kelabu
Ranting ranting pohon bergayut lesu
Hembusan angin terasa menusuk kalbu
Ketika suara itu terdengar
Memecah keheningan senja
Ada yang terbawa ke dasar hati
Bersama rindu yang mengetuk kuat-kuat
Sedang ucapku tak mampu kau dengar
Ingat kah kau di siang itu
ketika lewat di dihadapanku
Segaris senyum kau lepaskan
Ah,
Bayang itu tak jua mau beranjak
Menari nari di depan mataku
Membentuk noktah
Ah,
Masih sia-sia kah aku.
(1984)
“DUKA SANG MALAM”
Bulan benderang mengintip
Dibalik langit hitam membentang
Malam makin redup
Lahirkan sia-sia hidup
Tiada mimpi
Tiada dendangan selagi sepi
Duka malam
Semakin kelam
“KU INGIN”
Aku ingin
Nikmati hari bersama mu
Mengurai saat suka duka
Disela canda dan tawa
Ku ingin nikmati hangatnya bersama mu
Melewati senja dengan secangkir kopi di kala gerimis hujan
Lalu ada cerita cerita yang tak pernah usang
hingga terbawa dalam arus mimpi mimpi…
Kita..
(2013)
“CERITA KALBUKU”
Aku Cuma punya hati
Yang kumiliki sendiri
Yang memujamu penuh kasih
kusirami di setiap awal hari
Ketika kau masih terlelap
Aku Cuma punya rasa
Yang termiliki sendiri
Yang kan kupersembahkan untukmu
Disaat yang tepat nanti
Walau aku tak punya kilau
Selain harumnya kasih
Semoga tulus ini terus bertumbuh
(1983)