Puisi-Puisi PRIYONO B SUMBOGO
Sejak masih kuliah Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Unuversitas Indonesia, berprofesi sebagai wartawan. Mula-mula bekerja di harian Prioritas., Setelah menamatkan S-1, bekerja di Majalah Tempo sebagai wartawan (hingga 1994).Karena Tempo diberangus, bergabung dengan Majalah Gatra (hingga 1999). Turut mendirikan Majalah Gamma (hingga tahu 2000). Penanggung Jawab Redaksi Majalah Forum Keadilan (tahun 2003 – sekarang). Tim pengelola majalah Selapa (Sekola Lanjutan Perwira) Polri.
Dosen tidak tetap di Departemen Kriminologi di Universitas Indonesia – sampai 2019. Dosen tetap Prodi Keiminologi Universitas Budi Luhur. Dosen tidak tetap di Universitas Pancasila, Dosen tidak tetap Kajian Strategis Intelijen Program Pascasarjana Universitas Indonesia (2017).
Menerbitkan buku Jaringan Sosial Kejahatan Korporasi Di Indonesia (Univeritas Budi Luhur Press). Sejak mahasiswa menulis artikel, puisi, prosa, dan artikel. Sejumlah puisi dan cerita pendeknya pernah dipublikasikan di media massa. Zikir Malam Seorang Rakyat adalah kumpulan puisi yang terbit tahun 1999. Pada tahun 2002 bersama sejumlah wartawan, membentuk Forum Wartawan Berpuisi dan menerbitkan kumpulan puisi berjudul Gumamku Adalah Bahasa. Menerbitkan novel Cemeti dan Santri (akhir 2010).
Penganut Yang Bimbang
Kita bagaikan sedang bersembunyi di sebuah goa
di gurun pasir yang sunyi di malam hari
berlari membawa pesan suci
Kita mencoba menghindari musuh-musuh berkuda
Yang datang dari segala arah dan ingin membunuh
Selain sembunyi, kita tidak tahu apa yang harus kita lakukan
padahal musuh sudah begitu dekat
Kita hanya berharap seekor laba-laba
merajut jaring di mulut goa
dan sepasang merpati membuat sarang
di celah dinding goa untuk bertelur
Dengan begitu musuh-musuh berkuda itu
mengira kita tidak bersembunyi di sini
Tetapi tidak ada laba-laba
Juga tidak ada sepasang merpati
Kita berada di antara keraguan
dan keikhlasan untuk percaya pada kesucian
Sekarang kita harus tentukan
melawan atau menyerah
atau terus hanyut sebagai penganut yang bimbang
lalu tenggelam sebagai umat yang kalah
Warung Buncit 2017
Bulan Kabangan
Riwayat-riwayat telah terlewati
lembar demi lembar
banyak yang kusam dan keliru
beragam, berliku
bentuk- bentuk alur tak menentu
Helai demi helai rambut memucat memutih
warna yang begitu menakutkan
kucoba tak takut
tapi tetap saja gentar
Bulan kabangan di langit malam
lingkaran merah api di sekelilingnya
Pada malam yang mendung ini
Kulihat musibah sudah dekat
Awan tebal menggulung bulan kabangan
Mulai gelap dan hujan
Gemericik bersanding siur angin ditingkah dentum petir
terdengar merdu namun misterius
Kucoba tak takut
Tapi tetap saja gentar
Bumi semakin basah
jengkal demi jengkal
Semua yang kering menjadi segar
Rumput yang mati menjadi hidup
Kurenungi selembar kertas di atas meja
di bawah lampu berkilauan
Ini lembaran terakhir
Kucoba tak takut menulis
tentang hidup setelah lembaran ini
Tapi tetap saja gentar
Pamulang 8 Maret 2020
Dan Buanglah Mereka Dari Sana
Sekarang kita menjadi kerumunan yang bingung
Berkumpul di pusat kota, bertukar pengalaman dengan cemas
Ada marah di sekeliling kita. Begitu riuh dan panas
Orang di sana memukulkan tangannya pada dinding
Kukira ia ingin meruntuhkan Jakarta
Mencaci barangkali menjadi penting saat ini
Ketika semua orang tak menemukan tanah yang sejuk
Kita tak mungkin berdiri saja
Tapi juga tak baik bersama mereka
Lihatlah sekarang mereka berjalan ke selatan
Menemui orang-orang yang disangka mau member minum
Tidak. Mereka bukan siapa-siapa selain penyusun kalimat palsu
Kita ke utara saja. Di situ ada pantai dan laut terbuka
Turunkan perahu selagi orang belum datang
Kita mulai petualangan mencari hening yang luas
Sampai suatu hari kita pulang dan berkata
“Jakarta, aku datang mengajakmu membersihkan kota
Sesuatu yang mengganggu selama ini kita cuci satu-persatu
Tapi sepatu-sepatu lars itu buang saja
Keluarkan dari gedung itu. Singkirkan
Pamulang Juni 1999
Dai Dan Jenderal Tua
Dulu aku menyapamu dengan salam seorang guru
Di panggung ini juga
Sekarang hentikan tawa itu dan berbarislah
Esok kalian boleh datang ke istana
Mendengar salamku yang lain
Dai itu menuruni panggung, disambut jenderal tua
Mereka pun menjadi ular. Melata dengan lidah api
Di perbatasan dua kampung
Seorang penyabit rumput memenggal kepala mereka
“Mati. Matilah agar lidahmu tak berdusta”
Pamulang Desember 2007
Bila Kau Sunyi
Bila kau sunyi
Sendiri
Kenanglah saya
Kukan datang bersama cinta
Cinta membuatmu bertahan
Cinta yang jujur dan sederhanaT
Tanpa cinta hidupmu kan hampa
Cinta memberimu suatu tujuan
Pamulang Januari 2019
Rawamangun Di Waktu Itu
Bertahun sudah kita berpisah
Masih ingatkah kau padaku
Kita bertemu semasa kuliah
Di kampus kuning
Kampus tercinta
Di Rawamangun yang tinggal cerita
Tapi kumalu katakana cinta
Kau masih gamang
Aku masih takut
Kau ragu-ragu
Akupun tak tahu
Masa depanku tak terbayangkan
Diwaktu itu hanya angan-angan
Di lorong panjang
Di taman kampus
Kau canda ria
Kulihat saja
Indimeittynanania kau dimana
Cinta padamu tiada noda
Indimeittynanania kau di mana
Akankah kita berjumpa lagi
Indimeittynanania
Kau dimana
Pamulang September 2019
Berita
Setiap kata menyembunyikan getaran, ruh yang bening
Cerita tentang manusia
Kita tidak ingin politik jadi iblis atau tentara jadi hantu
Dan presiden jadi dewa
Setiap kata adalah impian dari dalam
Tentang kesetaraan sosok dan sosok yang lain
Lewat sentuhan jari-jari, berita adalah jiwa
Cermin yang jujur
Kita tidak ingin fakta tersapu oleh persekongkolan
Tidak ada kawan tidak ada tidak ada sanjungan
Tidak ada benci tidak ada dendam tidak ada gentar
Di atas kertas di balik kaca menunggang angin
Berita adalah martabat yang teguh
Pamulang Januari 2002
Matinya Mahasiswa Demostran Dan Menteri Yang Luka
Dia sudah dimakamkan
Seorang mahasiswa masih belia
Dia mati membingungkan dan tak dipedulikan
Polisi berkata:
“Dia jatuh dari pagar gedung wakil rakyat”
Tapi ibunya meradang:
“Dia tidak memanjat pagar
saat demonstrasi yang rusuh
Dia hilang begitu saja
Lalu kutemukan dia di rumah sakit
Dengan wajah lebam
Dan luka di belakang kepalanya”
Hatiku berdesir jiwaku bergemuruh
Di hari pemakamannya berita penusukan menteri
guncangkan negeri
Pelaku dibekuk
Orang-orang dekatnya digerudug
Presiden dan berpuluh pejabat menjenguk
Tapi siapa berani mengungkap
Matinya mahasiswa belia itu
Hatiku berbisik
Ibunya tidak mengarang cerita
Pamulang September 2019